Minggu, 12 Oktober 2014



Layanan Konseling Pada Mahasiswa

            Konseling perguruan dan layanan kehidupan mahasiswa mencakup pemahaman tentang bagaimana mahasiswa dari segala usia belajar, bertumbuh dan berkembang. Bagi konselor perguruan tinggi sangatlah penting untuk membedakan antara masalah mahasiswa yang terkait dengan perjuangan perkembangan, seperti otonomi, identitas dan keintiman, dengan bentuk bentuk gangguan psikologis yang lebih serius atau kronis (Sharkin, 1997).
            Profesional dalam konseling perguruan tinggi dan layanan kehidupan mahasiswa dapat menggunakan sejumlah model teoritis sebagai penuntun dalam bekerja dengan para mahasiswa yang mengalami situasi perkembangan yang dapat diramalkan. Dari sudut pandang ideologi, tiga tradisi yang mendominasi adalah in loco parentis yang berarti fakultas dan staf berperan sebagai orangtua yang mengajarkan nilai-nilai moral. Kemudian Model layanan Mahasiswa menekankan mahasiswa sebagai konsumen dan memanfaatkan layanan yang yang memungkinkan perkembangan. Pendekatan ini menekankan suatu cara pelaksanaan program gaya kafetaria, dimana mahasiswa memilih sesuai dengan apa yang menurut mereka butuhkan. Dan yang terakhir adalah Perkembangan Mahasiswa berfokus pada menciptakan lingkungan berbasis riset yang membantu mahasiswa perguruan tinggi belajar dan berkembang. Perkembangan mahasiswa bersifat proaktif, karena membuat tersedianya kesempatan bagi sekelompok mahasiswa yang spesial.
            Penekanan dan peran konselor perguruan tinggi bervariasi dari  kampus ke kampus, bergantung pada tipe institusi tertentu yang menarik minat mahasiswa dan dukungan untuk layanan yang didanai. Kerja konselor perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh model yang digunakan untuk beroprasi. Sejak dulu, ada empat model utama dari layanan konseling yang diikuti oleh pusat konseling perguruan tinggi atau universitas. 1. Konseling sebagai psikoterapi. Model ini menekankan konseling jangka panjang untuk sejumlah kecil mahasiswa. Konselor menangani perubahan kepribadian dan merujuk masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pendidikan ke penasihat akademis siswa. Asumsi yang dibalik pendekatan ini adalah bahwa “pengembangan identitas adalah isu terapi inti dalam konseling tradisional bagi mahasiswa perguruan tinggi (Hinkel & Luzzo, 2007). 2. Konseling sebagai bimbingan pekerjaan. Model ini menekankan pada membantu mahasiswa menghubungkan urusan karier dengan akademis secara produktif. Konselor menangani mahasiswa yang belum bisa mengambil keputusan akademis atau karir dan merujuk mahasiswa yang memiliki masalah pribadi atau emosional ke lembaga lain. 3. Konseling sebagaimana definisi tradisionalnya. Model ini menekankan pada keberadaan layanan konseling yang luas, termasuk hubungan jangka pendek atau panjang dan yang menangani permaslahan pribadi, akademis dan karier (Hinkelman & Luzzo, 2007). Peran konselor sangat bervariasi. 4. Konseling sebagai konsultasi.

            Daftar Pustaka :
Gladding, T. Samuel, 2012. Konseling Profesi uang Menyeluruh. Jakarta: PT.INDEKS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar