Layanan Konseling
Pada Mahasiswa
Konseling
perguruan dan layanan kehidupan mahasiswa mencakup pemahaman tentang bagaimana
mahasiswa dari segala usia belajar, bertumbuh dan berkembang. Bagi konselor
perguruan tinggi sangatlah penting untuk membedakan antara masalah mahasiswa
yang terkait dengan perjuangan perkembangan, seperti otonomi, identitas dan
keintiman, dengan bentuk bentuk gangguan psikologis yang lebih serius atau
kronis (Sharkin, 1997).
Profesional
dalam konseling perguruan tinggi dan layanan kehidupan mahasiswa dapat
menggunakan sejumlah model teoritis sebagai penuntun dalam bekerja dengan para
mahasiswa yang mengalami situasi perkembangan yang dapat diramalkan. Dari sudut
pandang ideologi, tiga tradisi yang mendominasi adalah in loco parentis yang berarti fakultas dan staf berperan sebagai
orangtua yang mengajarkan nilai-nilai moral. Kemudian Model layanan Mahasiswa
menekankan mahasiswa sebagai konsumen dan memanfaatkan layanan yang yang
memungkinkan perkembangan. Pendekatan ini menekankan suatu cara pelaksanaan
program gaya kafetaria, dimana mahasiswa memilih sesuai dengan apa yang menurut
mereka butuhkan. Dan yang terakhir adalah Perkembangan Mahasiswa berfokus pada
menciptakan lingkungan berbasis riset yang membantu mahasiswa perguruan tinggi
belajar dan berkembang. Perkembangan mahasiswa bersifat proaktif, karena
membuat tersedianya kesempatan bagi sekelompok mahasiswa yang spesial.
Penekanan dan
peran konselor perguruan tinggi bervariasi dari
kampus ke kampus, bergantung pada tipe institusi tertentu yang menarik
minat mahasiswa dan dukungan untuk layanan yang didanai. Kerja konselor
perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh model yang digunakan untuk beroprasi.
Sejak dulu, ada empat model utama dari layanan konseling yang diikuti oleh
pusat konseling perguruan tinggi atau universitas. 1. Konseling sebagai
psikoterapi. Model ini menekankan konseling jangka panjang untuk sejumlah kecil
mahasiswa. Konselor menangani perubahan kepribadian dan merujuk masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan dan pendidikan ke penasihat akademis siswa. Asumsi
yang dibalik pendekatan ini adalah bahwa “pengembangan identitas adalah isu
terapi inti dalam konseling tradisional bagi mahasiswa perguruan tinggi (Hinkel
& Luzzo, 2007). 2. Konseling sebagai bimbingan pekerjaan. Model ini
menekankan pada membantu mahasiswa menghubungkan urusan karier dengan akademis
secara produktif. Konselor menangani mahasiswa yang belum bisa mengambil
keputusan akademis atau karir dan merujuk mahasiswa yang memiliki masalah
pribadi atau emosional ke lembaga lain. 3. Konseling sebagaimana definisi
tradisionalnya. Model ini menekankan pada keberadaan layanan konseling yang
luas, termasuk hubungan jangka pendek atau panjang dan yang menangani
permaslahan pribadi, akademis dan karier (Hinkelman & Luzzo, 2007). Peran
konselor sangat bervariasi. 4. Konseling sebagai konsultasi.
Daftar Pustaka :
Gladding, T. Samuel, 2012.
Konseling Profesi uang Menyeluruh. Jakarta: PT.INDEKS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar