Telah
kita ketahui bahwa anak pada masa remaja pertengahan umur 15-17 tahun sedang
menghadapi hubungan dengan orangtua atas kemandirian yang baru, berhubungan
dengan teman untuk keakraban yang baru, dan berhubungan dengan diri sendirir
dengan pemahaman yang baru. Meskipun banyak diantara mereka yang dapat berhasil
menghadapi tugas-tugas yang menyertainya secara sehat, namun beberapa diantara
mereka mengalami kesulitan yang luar biasa. Disinilah peran seorang konselor
sekolah menengah atas untuk menghadapi populasi yang mengalami kesulitan dan
permasalahan yang mereka hadapi.
Maka peran
seorang konselor disekolah menengah atas berkonsentrasi pada tugas-tugas
seperti ; Menyediakan pelayanan konseling langsung secara individual, kelompok
dan untuk sekolah secara keseluruhan dimana konselor tersebut benar-benar
melayani dengan baik para konseli di sekolah tersebut, kemudian Menyediakan
layanan dukungan dan pendidikan bagi orangtua, menawarkan konsultasi dan
program-program pelatihan jabatan kepada guru dan staf, menyampaikan bimbingan
kelas, memfasilitasi rujukan kelembaga diluar lingkungan sekolah, membuat
jaringan kesekolah-sekolah lanjutan dan perusahaan, memberikan saran akademis
(Campbell & Dahir, 1997).
Konselor pada
sekolah menengah atas sebagai penegak disisplin yang tidak bisa disepelekan
perannya, berkualifikasi bagus, dan membantu para mrid secara individual,
khususnya bagi mereka yang ingin melanjutkan kuliah. Secara signifikan,
responden menganggap bahwa konselor dapat membawa perubahan dalam program-program
konseling. Cara untuk memperbaiki persepsi dan perilaku konselor sekolah
menengah atas termasuk penekanan pada peran yang cocok dengan kebutuhan
sesungguhnya. Contohnya seperti, konselor sekolah menengah atas harus menjadi
fasilitator lingkungan pembelajaran yang sehat, yang melibatkan memfasilitasi
pemecahan masalah di dalam ruang kelas pada umumnya, mengembangkan kelompok
pertumbuhan profesional, dan dan meningkatkan komunikasi staf.
Maka dari itu
sebagai konselor di sekolah menengah atas harus ekstra dalam menjalani semua
konseling dan bimbingan dalam sekolah. Karena, pada masa perengahan remaja ini
anak merasa bahwa dirinya lah yang selalu benar dan tanpa bantuan dari orang
lain pun mereka bisa lakukan itu semua sendiri. Bukan dalam hal sikap atau
perilakunya saja namun dalam pendidikan, konselor harus memantau terus anak
didik yang memang kesulitan dalam belajar bahkan untuk melanjutkan kejenjang
yang lebih tinggi seperti melanjutkan keperguruan tinggi bahkan langsung
bekerja. Semua itu harus terkontrol dengan baik oleh konselor agar anak didik
tidak salah dalam pengambilan keputusan.
Konselor
sekolah menengah atas, seperti halnya konselor dasar dan menengah pertama,
menekankan layanan pencegahan upaya tersebut “harus komprehensip, multiwajah,
dan terintegrasi” (Keys & Bemak, 1997). Ini dikarenakan permasalahan remaja
baik diluar dan didalam sekolah salingsaling berhubungan. Oleh karena itu, jika
hanya menghadapi satu situasi dan mengabaikan lainnya akan tidak ada gunanya.
Daftar Pustaka :
Gladding, T. Samuel,
2012. Konseling Profesi uang Menyeluruh. Jakarta: PT.INDEKS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar