Minggu, 12 Oktober 2014



Bimbingan Konseling dalam Sekolah Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini (PAUD) suatu jenjang pendidikan yang diberikan kepada anak yang yang sejak lahir hingga usia dimana dia cukup untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih luas. Pendidikan yang digunakan dalam usia anak PAUD seperti ini, sekolah memberikan bantuan perkembangan jasmani, rohani dan pertumbuhan pada anak tersebut. Dan yang termasuk kedalam anak usia dini tersebut adalah anak yang berusia 0 tahun hingga umur 6 tahun dimana mereka masih bergantung pada orang tuanya.
            Pada usia dini seperti ini perlu adanya penanaman rasa percaya diri agar dia dapat lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungannya dan dapat mengekspresikan bakat dia nanti. Maka sangat dibutuhkan seorang guru pembimbing didalam sekolah PAUD karena di masa anak usia dini ini perlu bimbingan yang sangat ekstra. Pembimbing disini bertugas untuk menumbuhkan rasa percaya diri si anak, mengajarkan anak bersosialisasi dengan teman sebaya nya, mengajarkan si anak rasa tanggung jawab sejak dini agar dia tau bahwa apa yang menjadi tugasnya adalah sebuah tanggung jawabnya sendiri dan dia tidak bergantung pada orang lain ketika dia sudah mulai tumbuh dewasa.
            Seorang pembimbing disekolah PAUD pun perlu menemukan “Genius” dalam diri setiap anak didik tersebut, agar pembimbing tidak salah menempatkan posisi anak tersebut. Dengan cara ini pembimbing dapat melihat perkembangan anak, dapat mengetahui bakat dari anak tersebut dan pembimbing bisa lebih memfokuskan si anak kepada bakatnya tersebut.
            Selain itu pembimbing di sekolah PAUD perlu setidaknya menumbuhkan kepribadian pada diri anak, dimana anak perempuan dengan benar-benar diberikan permainan layaknya seorang anak perempuan seperti bermain boneka, rumah-rumahan dll, sedangkan anak laki-laki diberikan permainan seperti bermain bola, kejar-kejaran dll. Agar mereka dapat memahami dirinya bahwa mereka itu adalah anak perempuan atau sebaliknya an mereka tidak salah menempatkan kepribadiannya mereka masing-masing.
Daftar Pustaka:
Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah. Jakarta:PT. Macanan Jaya Cemerlang


Layanan Konseling Pada Mahasiswa

            Konseling perguruan dan layanan kehidupan mahasiswa mencakup pemahaman tentang bagaimana mahasiswa dari segala usia belajar, bertumbuh dan berkembang. Bagi konselor perguruan tinggi sangatlah penting untuk membedakan antara masalah mahasiswa yang terkait dengan perjuangan perkembangan, seperti otonomi, identitas dan keintiman, dengan bentuk bentuk gangguan psikologis yang lebih serius atau kronis (Sharkin, 1997).
            Profesional dalam konseling perguruan tinggi dan layanan kehidupan mahasiswa dapat menggunakan sejumlah model teoritis sebagai penuntun dalam bekerja dengan para mahasiswa yang mengalami situasi perkembangan yang dapat diramalkan. Dari sudut pandang ideologi, tiga tradisi yang mendominasi adalah in loco parentis yang berarti fakultas dan staf berperan sebagai orangtua yang mengajarkan nilai-nilai moral. Kemudian Model layanan Mahasiswa menekankan mahasiswa sebagai konsumen dan memanfaatkan layanan yang yang memungkinkan perkembangan. Pendekatan ini menekankan suatu cara pelaksanaan program gaya kafetaria, dimana mahasiswa memilih sesuai dengan apa yang menurut mereka butuhkan. Dan yang terakhir adalah Perkembangan Mahasiswa berfokus pada menciptakan lingkungan berbasis riset yang membantu mahasiswa perguruan tinggi belajar dan berkembang. Perkembangan mahasiswa bersifat proaktif, karena membuat tersedianya kesempatan bagi sekelompok mahasiswa yang spesial.
            Penekanan dan peran konselor perguruan tinggi bervariasi dari  kampus ke kampus, bergantung pada tipe institusi tertentu yang menarik minat mahasiswa dan dukungan untuk layanan yang didanai. Kerja konselor perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh model yang digunakan untuk beroprasi. Sejak dulu, ada empat model utama dari layanan konseling yang diikuti oleh pusat konseling perguruan tinggi atau universitas. 1. Konseling sebagai psikoterapi. Model ini menekankan konseling jangka panjang untuk sejumlah kecil mahasiswa. Konselor menangani perubahan kepribadian dan merujuk masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pendidikan ke penasihat akademis siswa. Asumsi yang dibalik pendekatan ini adalah bahwa “pengembangan identitas adalah isu terapi inti dalam konseling tradisional bagi mahasiswa perguruan tinggi (Hinkel & Luzzo, 2007). 2. Konseling sebagai bimbingan pekerjaan. Model ini menekankan pada membantu mahasiswa menghubungkan urusan karier dengan akademis secara produktif. Konselor menangani mahasiswa yang belum bisa mengambil keputusan akademis atau karir dan merujuk mahasiswa yang memiliki masalah pribadi atau emosional ke lembaga lain. 3. Konseling sebagaimana definisi tradisionalnya. Model ini menekankan pada keberadaan layanan konseling yang luas, termasuk hubungan jangka pendek atau panjang dan yang menangani permaslahan pribadi, akademis dan karier (Hinkelman & Luzzo, 2007). Peran konselor sangat bervariasi. 4. Konseling sebagai konsultasi.

            Daftar Pustaka :
Gladding, T. Samuel, 2012. Konseling Profesi uang Menyeluruh. Jakarta: PT.INDEKS.

Jumat, 03 Oktober 2014

Konselor Menghadapi Anak Sekolah Menengah Atas




           Telah kita ketahui bahwa anak pada masa remaja pertengahan umur 15-17 tahun sedang menghadapi hubungan dengan orangtua atas kemandirian yang baru, berhubungan dengan teman untuk keakraban yang baru, dan berhubungan dengan diri sendirir dengan pemahaman yang baru. Meskipun banyak diantara mereka yang dapat berhasil menghadapi tugas-tugas yang menyertainya secara sehat, namun beberapa diantara mereka mengalami kesulitan yang luar biasa. Disinilah peran seorang konselor sekolah menengah atas untuk menghadapi populasi yang mengalami kesulitan dan permasalahan yang mereka hadapi.
            Maka peran seorang konselor disekolah menengah atas berkonsentrasi pada tugas-tugas seperti ; Menyediakan pelayanan konseling langsung secara individual, kelompok dan untuk sekolah secara keseluruhan dimana konselor tersebut benar-benar melayani dengan baik para konseli di sekolah tersebut, kemudian Menyediakan layanan dukungan dan pendidikan bagi orangtua, menawarkan konsultasi dan program-program pelatihan jabatan kepada guru dan staf, menyampaikan bimbingan kelas, memfasilitasi rujukan kelembaga diluar lingkungan sekolah, membuat jaringan kesekolah-sekolah lanjutan dan perusahaan, memberikan saran akademis (Campbell & Dahir, 1997).
            Konselor pada sekolah menengah atas sebagai penegak disisplin yang tidak bisa disepelekan perannya, berkualifikasi bagus, dan membantu para mrid secara individual, khususnya bagi mereka yang ingin melanjutkan kuliah. Secara signifikan, responden menganggap bahwa konselor dapat membawa perubahan dalam program-program konseling. Cara untuk memperbaiki persepsi dan perilaku konselor sekolah menengah atas termasuk penekanan pada peran yang cocok dengan kebutuhan sesungguhnya. Contohnya seperti, konselor sekolah menengah atas harus menjadi fasilitator lingkungan pembelajaran yang sehat, yang melibatkan memfasilitasi pemecahan masalah di dalam ruang kelas pada umumnya, mengembangkan kelompok pertumbuhan profesional, dan dan meningkatkan komunikasi staf.
            Maka dari itu sebagai konselor di sekolah menengah atas harus ekstra dalam menjalani semua konseling dan bimbingan dalam sekolah. Karena, pada masa perengahan remaja ini anak merasa bahwa dirinya lah yang selalu benar dan tanpa bantuan dari orang lain pun mereka bisa lakukan itu semua sendiri. Bukan dalam hal sikap atau perilakunya saja namun dalam pendidikan, konselor harus memantau terus anak didik yang memang kesulitan dalam belajar bahkan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi seperti melanjutkan keperguruan tinggi bahkan langsung bekerja. Semua itu harus terkontrol dengan baik oleh konselor agar anak didik tidak salah dalam pengambilan keputusan.
            Konselor sekolah menengah atas, seperti halnya konselor dasar dan menengah pertama, menekankan layanan pencegahan upaya tersebut “harus komprehensip, multiwajah, dan terintegrasi” (Keys & Bemak, 1997). Ini dikarenakan permasalahan remaja baik diluar dan didalam sekolah salingsaling berhubungan. Oleh karena itu, jika hanya menghadapi satu situasi dan mengabaikan lainnya akan tidak ada gunanya.

Daftar Pustaka :
Gladding, T. Samuel, 2012. Konseling Profesi uang Menyeluruh. Jakarta: PT.INDEKS.

Minggu, 28 September 2014

Konseling dan Bimbingan dalam Sekolah Menengah

Sekolah menengah biasanya menerima anak-anak usia 10 tahun sampai 14 tahun yang menduduki kelas 6 hingga kelas 9. Anak-anak pada usia dan tingkat kelas ini sering disebut Pemimpi. Selain mengalami permasalahan umum yang ada di dalam keluarga, sekolah, dan komunitas, remaja putra dan putri sekolah menengah sedang menyesuaikan diri dengan perubahan bentuk tubuh, tekanan dari teman sekelompok, tuntutan sekolah untuk berprestasi bagus, perilaku orang tua yang bermasalah, dan masalah lain yang berhubungan dengan penemuan jati diri (Mattews & Burnett, 1989)
Peranideal konselor sekolah menengah adalah menyediakan konseling individual, kelompok, sistem dukungan bersama, konsultasi guru, penilaian murid, konsultasi orangtua,dan evaluasi layanan bimbingan. Seperti yang sudah diketahui bahwa masa anak dibawah umur atau dalam jenjang sekolah menengah sangat membutuhkan peran seorang guru BK yang benar-benar bisa mendampingi anak tersebut. Karena di usia seperti ini mereka sedang mencari jati diri, dimana mereka merasa bahwa mereka sudah dewasa dan bisa mengatasi semua masalah tanpa bantuan dari orang tua, guru bahkan temannya. Maka dari itu, agar anak tersebut tidak melangkah atau mengambil keputusan yang salah, guru BK harus tetap memberi arahan atau membimbing anak tersebut. Bukan hanya dalam penanganan masalah saja, namun dalam perubahan bentuk tubuh nya yang dimana wanita akan semakin terlihat lekuk tubuhnya dan dimana pria akan terdengar suaranya yang lebih besar dan memiliki benjolan pada lehernya, disini lah seorang guru BK menjelaskan perubahan fisik yang dimiliki mereka. Dan untuk masalah jenjang pendidikan yang akan anak hadapi pada kelas 9 yang akan meranjak ke sekolah menengah atasen guru BK wajib memberikan layanan bimbingan kepada setiap-tiap anak didiknya agar dia tidak salah dalam memilih sekolah menengah atas. Selain itu Guru BK di sekolah menengah atas pun harus mampu membimbing anak didik ketila mereka akan menghadapi Ujian Nasional (UN).
Bekerja dengan anak sekolah menengah membutuhkan pendekatan yang bersifat pencegahan dan ramedial. Sama halnya dengan menghadapi anak-anak sekolah dasar kecuali bahwa guru BK harus menembus lebih banyak penghalang jika mereka ingin memberi bantuan dalam cara yang holistik. Pencegahan merupakan salah satu program yang paling menjanjikan bagi murid-murid sekolah menengah adalah pendekatan Kesuksesan disekolahan (Garler & Anderson, 1986). Terdiri atas 10 kali pertemuan bimbingan kelas 50 menit, program ini bertujuan membantu anak-anak merasa lebih nyaman dengan diri mereka sendiri, guru dan sekolah mereka (Garler, 1987). Terlebih lagi, pendekatan ini didesain untuk membantu para murid berfokus pada perilaku, sikap, dan keahlian dalam berhubungan dengan manusia yang mengarah pada kesuksesan akademis yang semakin meningkat (Baker & Garler, 2008).
Pelengkap program Kesuksesan disekolah adalah aktivitas konseling kelompok dari Rosemarie Smead (1995) bagi anak-anak dan dewasa. Aktivitas ini mengembangkan keahlian untuk hidup. Karena latihan yang dia terapkan untuk kelompok kecil dapat digunakan dalam berbagai cara, konselor sekolah menengah mendapat fleksibelitas dalam membantu para murid menghadapi bidang-bidang yang sensitif seperti kemarahan, kesedihan, stress, perceraian, asertif dan persahabatan.
Daftar  Pustaka
La Sulo,S,L, dan Umar Tirtarahardja. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Gladding,Samuel T. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta : Indeks.

Jumat, 19 September 2014



Tugas BK dalam Sekolah Dasar


Dalam sebuah sekolah dasar manajemen BK memang tidak terlalu luas seperti halnya dalam manajemen disekolah menengah, walaupun begitu tetap saja di sekolah dasar pun ada hanya saja tidak semua sekolah dasar memiliki guru BK. Di sekolahan dasar pun sama memiliki layanan dan kegiatan konseling dimana  layanan bimbingan bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidup yang yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD. Tugas-tugas yang perlu dikembangkan pada siswa SD itu bersangkutan kepada kebiasaan dan sikap beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan menghitung, belajar bergaul dan bekerja kelompok dengan teman sebaya nya, belajar menjadi pribadi yang mandiri dlaam hal apapun, belajar hidup sehat untuk dirinya sendiri dan lingkungannya karena berpengaruh kepada pertumbuhan siswa tersebut, belajar menjalankan peranan sosial sesuai perbedaan jenis kelaminnya dan yang terakhir mengembangkan pemahaman awal untuk merencanakan masa depan.
Guru BK yang berada di sekolah dasar memiliki tanggung jawab dimana guru BK tersebut harus mampu membimbing siswa SD tersebut karena di usia anak sekolah dasar masih perlu dibimbing oleh kedua orangtua dan oleh seorang guru disekolahan, maka dari itu diperlukan seorang guru BK di sekolah dasar untuk mengarahkan siswa tersebut. Seorang guru BK di sekolah dasar tetap harus memiliki perencanaan pembuatan layanan bimbingan dan konseling, sama seperti hal nya disekolahan menengah yang memiliki layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan pengumpulan data, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling, layanan referal, dan layanan penilaian dan tindak lanjut. Peran guru BK disini harus dapat menjalankan semua layanan tersebut agar layanan BK yang ada disekolah dasar tersebut dapat berjalan dengan lancar. Suatu layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and using all over organization resources to achive stated organizational goals. Aspek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan konseling seperti : Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling, pengorganisasian bimbingan dan konseling ( Kepala sekolah, Staf administrasi, Guru kelas ), Pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling, mekanisme kerja administrasi kegiatan bimbingan dan konseling, Pola penanganan siswa, pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan bimbingan dan konseling, Dan Pengarahan, supervisi dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling ( Pengarahan, Supervisi kegiatan bimbingan, dan Penilaian program layanan bimbingan ).
Dengan diberlakukannya kurikulum yang berbasis kompetensi, mau tidak mau guru wajib melakukan perubahan dan pengembangan kompetensi sebagai pedoman terlaksananya materi yang akan diberikan dalam bimbingan dan konseling. Agar tercapai apa yang akan diberikan dalam bimbingan dan konseling. Agar tercapai apa yang diinginkan dalam KBK, ada tiga komponen yang dijalankan yakni: kompetensi yang akan dicapai, strategi layanan untuk mencapai kompetensi, sistem evaluasi digunakan untuk menentukan keberhasilan kompetensi. Dalam aspek ini terdapat penilaian dalam KBK dimana terdapat kognitif yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemampuan akademik, kemudian aspek psikomotorik yaitu keterampilan, kecakapan hidup serta kemampuan adaptasi dengan lingkungan masyarakat dan afektif yaitu tercermin dari perilaku dan kebiasaan sehari-hari. Kemudian dari itu seorang konselor atau guru BK di sekolah dasar harus memiliki empat pilar pendidikan yang dilontarkan oleh UNESCO yaitu Learning to know ( upaya belajar untuk menguasai cara kerja ilmiah ), Learning to do ( Kemampuan psikomotorik untuk belajar mempraktekkan, mengamalkan pengetahuan dalam kehidupan nyata ), Learning to be ( Upaya untuk memupuk kepribadian dalam rangka menuju identitas berdasar pada kompetensi diri serta mampu menjadi pribadi yang eksis dalam kehidupan ), dan Learning to live together ( Upaya untuk mampu memberi manfaat bagi kehidupan bersama dalam masyarakat ). Seperti yang telah dijelaskan dalam pilar-pilar tersebut bahwa seorang guru BK harus mampu memahami diri nya sendiri sebelum dia terjun menghadapi konseli atau peserta didik disekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Nurihsan, Achmad Juntika, Akur Sudiyanto. (2005). Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Kurikulum 2004. Jakarta : PT Grasindo Anggota IKAPI.